
Pengunjung menikmati karya seni ukir di Anung Gunarto, menggelar pameran seni ukir kayu di Galeri B9 Universitas Negeri Semarang, Selasa (12/10). (suaramerdeka.com/ Aristya Kusuma Verdana)
SEMARANG, suaramerdeka.com – Perupa asal Bandungrejo, Karanganyar, Demak, Anung Gunarto, menggelar pameran seni ukir kayu di Galeri B9 Universitas Negeri Semarang pada Senin-Minggu (11-17/10 ).
Karya yang disajikan adalah potret kehidupan burung cendrawasih ekor kuning.
“Menikmati keindahan burung cendrawasih ekor kuning dalam bentuk seni ukir. Sekaligus sebagai sarana kampanye pelestarian populasi burung tersebut,” kata Anung.
Di galeri, terdapat sebanyak 10 karya seni ukir berbentuk persegi panjang, lengkap dengan figura kayu.
Karya ini diberi nama Cendrawasih 1-Cendrawasih 10. Anung menampilkannya dengam ukuran 60×80 cm.
“Galeri dibuka siang hari. Sampai pukul 15.00,” bebernya.
Pameran ini, kata dia, dibuka untuk umum. Letak gedung berada di samping Kampung Budaya Univeristas Negeri Semarang.
Pengunjung dapat melewati gerbang utama kampus. “Tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat,” tuturnya.
Mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang tersebut menggambarkan kehidupan burung yang berasal dari Provinsi Papua dalam warna cokelat.
Anung mempertahankan ciri khas seni ukir dengan warna alaminya.
“Burung cendrawasih ekor kuning memiliki bentuk tubuh yang sangat indah, khususnya burung jantan saja. Memiliki bulu dan ekor yang sangat eksotik dan bentuk tubuh yang lebih besar dari betina. Keeksotikannya digunakan untuk menarik perhatian burung betina.”
Dia menjelaskan, burung ini memiliki habitat di hutan hujan tropis. Biasanya burung ini tinggal di lembah-lembah wilayah pegunungan.
Mereka suka bergelantungan di ranting pohon terbalik. Hal itu dilakukan saat musim kawin.
“Bulu ekornya mengembang sambil dikibas-kibaskan. Para pejantan juga bersuara untuk menarik perhatian burung betina,” tulisnya.
Saat ini, kata dia, burung yang dikategorikan sebagai satwa yang dilindungi tersebut hampir punah. Pengembangbiakannya terbilang lambat dari burung lainnya.
Dalam sekali bertelur mereka menghasilkan satu hingga dua telur.
“Burung ini harus dijaga populasinya,” pungkasnya.
Sumber : suaramerdeka.com